Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung saat meninjau Kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di Jakarta Pusat, Selasa (4/11). (Dok, BeritaJakarta)
Jakarta, 5 November 2025 – Ibu kota Indonesia, Jakarta, terus berbenah menuju statusnya sebagai kota global yang inklusif dan berbudaya. Dalam upaya mewujudkan visi ambisius tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah mengambil langkah strategis dengan menjalin kerja sama erat bersama Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Kemitraan ini digadang-gadang akan memajukan seni dan budaya lokal, dengan Kota Tua Jakarta diproyeksikan menjadi etalase utama bagi kekayaan artistik ibu kota.
Inisiatif ini bukan sekadar janji, melainkan bagian dari cetak biru pembangunan kota yang holistik, di mana budaya diangkat sebagai pilar penting dalam membentuk citra Jakarta di mata dunia.
Kota Tua Sebagai Jantung Budaya Global
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menyuarakan harapannya agar IKJ dapat lebih sering tampil dan berkontribusi di berbagai forum yang akan diselenggarakan pada tahun depan. Secara khusus, ia menyoroti kawasan Kota Tua Jakarta sebagai platform ideal untuk menampilkan talenta dan karya seni dari IKJ. Rencana ini sejalan dengan ambisi Pemprov DKI dan pemerintah pusat yang ingin merevitalisasi Kota Tua, mengubahnya menjadi sebuah etalase seni dan budaya yang hidup dan dinamis.
“Sebagai kota global yang berbudaya, yang inklusif, maka wajah Jakarta akan menjadi semakin baik untuk indeks kota global kalau kemudian budayanya itu bisa ditampilkan secara lebih baik, lebih rapi, dan kemudian menjadi pesona bagi siapapun orang yang datang di Jakarta,” ujar Gubernur Pramono Anung, saat meninjau Kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di Jakarta Pusat, Selasa (4/11).
Pernyataan Gubernur ini menggarisbawahi pentingnya budaya sebagai soft power yang dapat meningkatkan indeks kota global Jakarta. Sebuah kota global tidak hanya diukur dari infrastruktur atau ekonominya, tetapi juga dari kekayaan budaya, keterbukaannya, dan kemampuan menarik wisatawan maupun investor melalui pesona artistiknya. Dengan menata dan menampilkan budaya secara profesional di Kota Tua, Jakarta diharapkan dapat memancarkan daya tariknya secara lebih kuat. Ini adalah investasi jangka panjang untuk citra dan ekonomi kreatif kota.
Revitalisasi Ekosistem TIM dan IKJ: Lebih Terbuka, Rapi, dan Nyaman
Selain Kota Tua, perhatian Gubernur Pramono Anung juga tertuju pada ekosistem di Taman Ismail Marzuki (TIM), yang di dalamnya termasuk Institut Kesenian Jakarta. Gubernur berharap penataan ekosistem ini akan menjadikan IKJ lebih baik, lebih tertata, dan lebih terbuka bagi siapa pun yang berkunjung. Visi ini menunjukkan upaya komprehensif untuk menciptakan ruang seni yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan, tetapi juga sebagai ruang publik yang nyaman dan menarik.
“Saya akan meminta kepada Balai Kota untuk mulai melihat, membangun ekosistem yang ada di Taman Ismail Marzuki ini, termasuk di dalamnya ada IKJ menjadi lebih terbuka, lebih rapi, lebih nyaman, dan bagi siapapun yang datang, orang akan mempunyai kesan yang baik,” jelas Pramono.
Permintaan kepada Balai Kota ini menunjukkan keseriusan Pemprov DKI dalam merancang ulang area TIM menjadi pusat kebudayaan yang terintegrasi dan ramah pengunjung. Kondisi Kampus IKJ saat ini, seperti yang diakui Gubernur Pramono, memang masih perlu penataan. Oleh karena itu, ia meminta Rektor IKJ untuk menyiapkan sebuah blueprint penataan ekosistem yang diharapkan akan memberikan manfaat signifikan bagi IKJ dan seluruh komponen di dalamnya. Penataan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari infrastruktur fisik, lanskap, hingga sistem manajemen yang mendukung kenyamanan dan keterbukaan.
Dengan ekosistem yang tertata baik, IKJ tidak hanya menjadi kampus, tetapi juga destinasi budaya yang dapat diakses oleh masyarakat luas, memupuk minat mereka terhadap seni dan membuka pintu bagi interaksi kreatif.
Baca Juga : Festival Budaya Papua Selatan 2026: Komitmen Pemprov Lestarikan Seni Lokal
Masterplan IKJ untuk Kota Tua dan Aksesibilitas TIM
Menanggapi permintaan Gubernur, Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Syamsul Maarif, menegaskan kesiapan pihaknya untuk mendukung penuh visi Pemprov DKI. Syamsul Maarif menambahkan bahwa IKJ akan menyiapkan masterplan khusus yang tidak hanya mencakup pengembangan internal kampus, tetapi juga strategi untuk menjadikan Kota Tua sebagai etalase dan panggung bagi berbagai pertunjukan kesenian.
“Jadi kita mau bikin masterplan IKJ termasuk Kota Tua, mungkin nanti difungsikan sebagai etalasenya IKJ dan bagian dari Pemprov DKI dalam menyongsong 500 tahun ulang tahun DKI,” ucap Rektor Syamsul.
Peran Kota Tua sebagai “etalase IKJ” akan menjadi salah satu magnet utama dalam menyongsong perayaan ulang tahun DKI Jakarta yang ke-500. Ini adalah visi jangka panjang yang menempatkan IKJ sebagai ujung tombak pengembangan seni dan budaya, memanfaatkan lokasi strategis Kota Tua untuk menjangkau audiens yang lebih luas, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Selain itu, dalam kesempatan yang sama, Rektor Syamsul Maarif juga tidak lupa menyampaikan beberapa usulan penting kepada Gubernur Pramono Anung. Ia meminta dukungan Pemprov DKI Jakarta untuk melanjutkan pembangunan gedung di Fakultas Seni Rupa yang sempat mangkrak. Penyelesaian infrastruktur pendidikan ini krusial untuk menunjang kualitas pengajaran dan fasilitas bagi mahasiswa seni rupa.
Usulan lain yang tak kalah strategis adalah pembukaan akses yang akan menjadikan IKJ dan TIM sebagai satu ekosistem yang kuat.
“Jadi kalau akses-akses ini dibuka, maka TIM menjadi satu ekosistem dan IKJ ada di dalamnya. Jadi Akademi Jakarta, kemudian Dewan Kesenian Jakarta, dan itu dikelola oleh Dinas Kebudayaan yang menjadi anchor-nya,” kata Syamsul.
Visi integrasi ini sangat penting. Dengan membuka akses dan menyatukan elemen-elemen seperti Akademi Jakarta dan Dewan Kesenian Jakarta di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan sebagai “anchor,” TIM akan berfungsi sebagai pusat kebudayaan yang sinergis. Ekosistem ini akan memfasilitasi kolaborasi antar lembaga seni, memperkaya program-program budaya, dan menciptakan lingkungan yang lebih dinamis untuk seluruh pelaku seni di Jakarta.
Dana Abadi Kebudayaan dan Masa Depan Seni Jakarta
Di akhir pertemuan, Rektor Syamsul Maarif juga menyampaikan usulan visioner mengenai pendanaan. Ia mengusulkan agar dana abadi kebudayaan dari Pemprov DKI dapat diberikan untuk mendukung pengembangan seni dan budaya di IKJ. Dana abadi ini akan menjadi sumber daya berkelanjutan yang krusial untuk memastikan program-program pendidikan, penelitian, dan pementasan seni di IKJ dapat berjalan optimal tanpa tergantung pada anggaran tahunan yang fluktuatif.
Dana abadi kebudayaan merupakan investasi strategis yang menunjukkan komitmen serius Pemprov DKI terhadap pembangunan seni dan budaya secara jangka panjang. Dengan dukungan finansial yang stabil, IKJ akan memiliki keleluasaan untuk merencanakan program-program inovatif, mendukung riset seni, serta menyediakan beasiswa bagi talenta-talenta muda yang berprestasi.
Sinergi antara Pemprov DKI Jakarta dan Institut Kesenian Jakarta melalui rencana besar ini diharapkan tidak hanya akan mengubah wajah Kota Tua dan ekosistem TIM, tetapi juga secara fundamental meningkatkan posisi Jakarta sebagai kota global yang kaya akan seni dan budaya. Ini adalah langkah maju yang akan memastikan bahwa kebudayaan tidak hanya menjadi hiasan, melainkan kekuatan pendorong bagi kemajuan dan identitas ibu kota di mata dunia.
Masyarakat Jakarta dan para pecinta seni kini menantikan realisasi dari janji-janji kolaborasi ini, berharap agar Kota Tua benar-benar bersinar sebagai etalase seni dan budaya, mempesona siapa pun yang menginjakkan kaki di kota megapolitan ini.





