Gubernur Papua Selatan Apollo Safanpo ( Keempat kanan ) saat membuka festival budaya yang berlangsung di Merauke. (Doc.HUMAS Pemprov Papua Selatan )
Jayapura, Papua Selatan, 3 November 2025 – Pemerintah Provinsi Papua Selatan mengambil langkah strategis yang signifikan dalam upaya pelestarian dan pengembangan identitas lokal di tengah arus modernisasi. Melalui festival budaya, pemerintah daerah ini berkomitmen penuh untuk mendorong kebudayaan dan seni lokal, yang melibatkan seniman-seniman berbakat dari empat kabupaten di wilayah tersebut. Inisiatif ini bukan sekadar ajang pertunjukan, melainkan sebuah pondasi kokoh untuk menjaga kekayaan warisan leluhur.
Gubernur Papua Selatan, Apollo Safanpo, dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Jayapura, Mimika, menegaskan bahwa festival budaya ini adalah upaya terpadu dari pemerintah daerah untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan dan kesenian asli setempat. Pernyataan Gubernur ini menggarisbawahi urgensi dan pentingnya pelestarian budaya dalam visi pembangunan daerah.
Fondasi Identitas Daerah: Pentingnya Festival Berkala
Dalam paparannya, Gubernur Apollo Safanpo menyoroti bahwa kegiatan budaya semacam ini harus dilaksanakan secara periodik. Frekuensi penyelenggaraan ini bukan tanpa alasan, melainkan sebagai upaya berkelanjutan yang sistematis untuk memastikan bahwa kebudayaan lokal tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan beradaptasi dengan zaman.
“Sehingga kegiatan ini sangat penting dilakukan secara periodik karena ini merupakan fondasi yang kami letakkan untuk menjaga dan mengembangkan kebudayaan lokal,” katanya.
Pernyataan ini mencerminkan pemahaman mendalam bahwa kebudayaan adalah jiwa dari sebuah daerah, sebuah fondasi yang menopang identitas masyarakatnya. Festival yang bersifat periodik akan menciptakan momentum berkelanjutan bagi para seniman dan pegiat budaya untuk terus berkarya, berinovasi, dan melestarikan tradisi. Ini juga berfungsi sebagai platform edukasi bagi generasi muda, menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap warisan budaya mereka sendiri.
Melalui festival ini, kebudayaan Papua Selatan diharapkan dapat terus hidup dan berdenyut, menjadi cerminan dari keberagaman yang ada di empat kabupaten penyangga provinsi ini. Seniman dari Merauke, Mappi, Asmat, dan Boven Digoel akan memiliki panggung untuk berbagi dan saling menginspirasi.
Lembaga Khusus: Pilar Pelestarian Seni dan Budaya
Gubernur Apollo juga menekankan perlunya sebuah struktur atau organisasi yang secara khusus mengemban misi pelestarian. Menurutnya, untuk melestarikan dan memelihara budaya serta kesenian daerah, dibutuhkan sebuah lembaga yang diberikan tugas dan bertanggung jawab mengurus kebudayaan lokal.
“Karena memang kesenian yang meliputi berbagai jenis yakni seni ukir, tari, dan suara harus terus dilestarikan,” ujarnya.
Pembentukan lembaga khusus ini menjadi krusial karena kebudayaan dan kesenian daerah memiliki cakupan yang sangat luas dan kompleks. Seni ukir, yang mungkin kental di Asmat, tari tradisional yang beragam di Merauke, serta seni suara dan musik lokal yang kaya di seluruh Papua Selatan, masing-masing membutuhkan perhatian dan strategi pelestarian yang spesifik. Tanpa lembaga yang terfokus, upaya pelestarian akan cenderung sporadis dan kurang efektif.
Lembaga ini tidak hanya akan bertindak sebagai pengumpul data dan pelindung, tetapi juga sebagai fasilitator yang menghubungkan seniman dengan sumber daya, peluang, dan pasar. Dengan adanya lembaga ini, diharapkan akan tercipta ekosistem budaya yang lebih sehat dan berkelanjutan di Papua Selatan.
Baca Juga : Fadli Zon: ‘Indonesian Folk Market’ Pererat Ikatan Indonesia-Afrika Selatan
Apresiasi, Pembinaan, dan Pelatihan: Investasi Jangka Panjang
Gubernur Apollo Safanpo juga meminta agar kegiatan-kegiatan seperti festival ini tidak hanya berhenti pada perayaan. Ia mengharapkan agar inisiatif budaya terus dilaksanakan dalam berbagai bentuk, meliputi apresiasi maupun pembinaan dan pelatihan bagi pelaku seni dan budaya.
Ini menunjukkan bahwa visi pemerintah tidak hanya tentang menampilkan hasil karya, tetapi juga tentang pengembangan kapasitas dan sumber daya manusia di bidang seni dan budaya. Apresiasi memberikan pengakuan dan motivasi bagi para seniman, sementara pembinaan dan pelatihan adalah investasi jangka panjang untuk regenerasi dan peningkatan kualitas.
“Karena ajang seperti ini bukan hanya kami pamerkan apa yang sudah dihasilkan dalam bentuk kesenian dan kebudayaan, tetapi juga ada bentuk pembimbingan dan pelatihan,” katanya lagi.
Program pembimbingan dan pelatihan bisa meliputi lokakarya seni ukir, pelatihan tari tradisional, vokal, musik, hingga manajemen acara budaya. Dengan demikian, festival tidak hanya menjadi etalase, tetapi juga inkubator bagi talenta-talenta lokal. Ini akan membantu seniman muda untuk menguasai teknik tradisional sambil membuka peluang untuk inovasi dan interpretasi baru. Langkah ini juga penting untuk menjamin bahwa pengetahuan dan keterampilan budaya tidak putus di satu generasi, melainkan terus diwariskan dan dikembangkan.
Festival Budaya 2026: Langkah Berkelanjutan Menuju Masa Depan
Sebagai langkah nyata dari komitmen ini, Gubernur Apollo Safanpo menambahkan bahwa festival budaya akan diprogramkan pada tahun 2026. Ini akan menjadi upaya berkelanjutan pemerintah daerah untuk mengembangkan kebudayaan lokal di masa mendatang.
Penetapan jadwal pada tahun 2026 menunjukkan perencanaan yang matang dan visi ke depan. Ini memberikan waktu bagi para seniman untuk mempersiapkan diri, bagi pemerintah untuk menyusun logistik dan pendanaan, serta bagi masyarakat untuk menantikan acara yang lebih besar dan terorganisir.
Festival Budaya 2026 diharapkan tidak hanya menjadi panggung bagi seni dan budaya, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi kreatif lokal. Dengan menarik wisatawan dan pegiat seni dari luar daerah, festival ini berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat, mempromosikan pariwisata, dan memperkenalkan kekayaan budaya Papua Selatan ke kancah nasional maupun internasional.
Keterlibatan seniman dari empat kabupaten (Merauke, Mappi, Asmat, dan Boven Digoel) adalah aspek krusial dari inisiatif ini. Ini menjamin representasi yang beragam dan inklusif, merayakan kekayaan budaya Papua Selatan secara keseluruhan. Setiap kabupaten memiliki keunikan seni dan tradisinya masing-masing, dan festival ini akan menjadi wadah untuk menampilkan kolaborasi serta keindahan dari keragaman tersebut.
Melalui festival budaya yang terprogram dan didukung oleh lembaga khusus serta program pembinaan, Pemerintah Provinsi Papua Selatan di bawah kepemimpinan Gubernur Apollo Safanpo menunjukkan komitmen yang kuat untuk menjadikan kebudayaan sebagai pilar utama pembangunan. Ini adalah investasi pada identitas, kreativitas, dan masa depan yang berakar kuat pada warisan leluhur. Masyarakat Papua Selatan kini menantikan tahun 2026, ketika panggung budaya lokal akan kembali semarak, membuktikan bahwa seni dan tradisi adalah kekuatan yang tak lekang oleh waktu.





